Usia
anak RA (setingkat TK) adalah
periodesasi usia anak yang sedang mengalami
masa tumbuh kembang yang amat cepat. Pada masa tersebut, proses perubahan
fisik, emosi, dan sosial akan berlangsung cepat. Proses tersebut sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari diri anak sendiri maupun
yang berasal dari lingkungan.[1]
Faktor yang membentuk perkembangan anak paling banyak ditentukan oleh
lingkungan yang membentuk mereka berinteraksi, lingkungan paling strategis
dalam mendorong perkembangan anak yaitu di lingkungan sekolah.
Masa
lima tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai
masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak
sedang berkembang cepat. Usia 5 tahun ini menurut Aristoteles masuk dalam kategori
fase pertama.[2]
Misalnya kecepatan lari akan semakin bertambah kencang sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya. Pada anak usia Raudlatul
Athfal (RA)
perkembangan kemampuan anak akan sangat terlihat pula. Salah satu kemampuan
pada anak RA
yang berkembang pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya baik motorik halus maupun motorik kasar.
Perkembangan
motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota
tubuh. Motorik adalah semua gerakan yang mungkinkan dapat dilakukan oleh seluruh tubuh,
sedangkan perkembangan motorik dapat juga disebut sebagai perkembangan dari
unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.[3]
Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di
otak.
Ketrampilan
motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.[4]
Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan dengan secara sederhana apapun,
sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian
dan system dalam tubuh yang dikontrol otak. Aktivitas anak terjadi dibawah
kontrol otak. Secara stimultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah
informasi yang ia terima.
Perkembangan
kemampuan motorik ini akan terlihat jelas melalui berbagai gerakan dan
permainan yang dapat mereka lakukan. Oleh sebab itu, peningkatan ketrampilan
fisik anak juga berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan
aktivitas utama anak usia RA.
Semakin kuat dan terampilnya gerak seorang anak, membuat anak senang bermain
dan tidak lelah untuk mengerakkan seluruh anggota tubuhnya saat bermain.
Perkembangan
motorik halus dalam kaitannya menulis di RA Al-Huda Desa Sumberrejo Kecamatan
Gunungwungkal tergolong variatif, diantara sejumlah murid ada yang mau dan bisa
melaksanakan perintah dari guru untuk menulis. Akan tetapi ada sebagian siswa
yang masih belum mau mengerjakan perintah gurunya. Bahkan ketika guru menyuruh
menulis dengan cara menjiplak dari papan tulis, siswa kebanyakan malah senang
bermain seenaknya sendiri. Ketika siswa disuruh mendemonstrasikan untuk maju
menulis di depan papan tulis kebanyakan
tidak berani dan merasa takut. Sehingga dengan kondisi yang demikian akan
menghambat perkembangan motorik halus
siswa dalam kaitan belajar menulis di
RA Al-Huda.
Dari
permasalahan yang peneliti hadapi ketika di kelas dapat dilihat melalui
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Siswa
masih belum siap menerima materi ajar dengan metode penyampaian materi secara
murni.
2. Penerapan
metode ajar yang kurang menarik dan kurang memperhatikan keadaan siswa.
3. Daya
konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan dari guru kurang maksimal,
sehingga pemahaman siswa terhadap materi ajar pun kurang.
4. Kebanyakan
siswa masih takut untuk mendemonstrasikan menulis di depan kelas.
5. Kebanyakan
belum terampil dan hafal huruf-huruf abjad maupun arab.
6. Anak-anak
masih cenderung suka bermain daripada belajar dengan serius.
Melalui
permasalahan perkembangan motorik anak usia RA
yang peneliti uraikan di atas, sangat penting bagi guru mempunyai inisiatif
yang inovasi
untuk memanfaatkan keadaan anak yang suka bermain dimanfaatkan dengan kegiatan
atau hal-hal yang positif. Dalam proses belajar seorang guru harus berusaha
agar anak tidak mudah bosan dengan apa yang diajarkan di sekolah, dalam hal ini guru dituntut untuk menggunakan metode
yang tepat bagi anak.[5]
Metode bermain sambil belajar dapat kita gunakan dalam mempermudah
penguasaan materi. Anak akan merasa senang jika diajak bermain, tetapi bermain
disini dalam arti permainan yang dilakukan mengarah ke materi pembelajaran.
Jadi dengan sendirinya anak sudah belajar dan anak dapat memahami apa yang
disampaikan guru. Selain menguasai metode-metode, guru juga harus menguasai
berbagai teknik mengajar. Selama proses belajar berlangsung, guru juga harus
memberikan pengamatan yang tepat agar proses belajar lancar sesuai yang
diharapkan. Seperti kata Friederich Wilhelm Frobel dalam Soemiarti Patmonodewo,
Frobel yakin betapa pentingnya belajar melalui bermain.[6]
Guru
dalam menanamkan pembelajaran bermain harus selalu memberikan arahan yang tepat
sehingga anak bisa berkembang dengan baik dan anak menjadi kreatif. Bermain
dipandang sebagai suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru
kehidupan orang dewasa dengan wajar. Dengan bermain anak dapat berkreasi lebih
banyak dari biasanya. Bakat yang ada pada anak akan timbul dan menjadikan
kreativitas. Guru juga harus membantu anak untuk meningkatkan kreativitas agar
terus berkembang dan dapat diwujudkan melalui pribadi anak yang baik.
Guru
harus terampil dalam memilih suatu permainan yang sesuai dengan materi
pembelajaran di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal. Salah satu bentuk memanfaatkan moment tersebut adalah memberikan anak
permainan yang menarik untuk belajar dengan alat yang sederhana yaitu menulis
atau menggambar melalui alat bantu atau media pasir. Dalam hal ini guru harus memiliki kemampuan
teknis keguruan, memiliki kemampuan teknis mengajar yang meliputi persiapan
mengajar, proses pembelajaran, sampai kepada evaluasi.[7] Dengan
demikian terjadilah kontak peran aktif antara guru dan anak dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.[8]
Atas dasar pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk
mengangkat sebuah penelitian tindakan kelas dengan tujuan mencari solusi atas
permasalahan yang terjadi pada proses belajar mengajar selama ini. Karena dalam
pembelajaran peneliti sering menemukan kekurangan dan kelemahan baik dalam
penerapan metode maupun keaktifan siswa dalam menerima pelajaran seperti yang
telah utarakan di atas. Disini peneliti mencoba
mengidentifikasi sejauh mana tingkat efektifitas dari penerapan metode permainan pasir dalam mengembangkan
motorik halus yang peneliti uraikan di atas. Atas dasar penerapan metode yang
unik dan tergolong menarik bagi anak, tentunya dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien, dari pihak Kepala RA dan guru sudah
berupaya meningkatkan dengan keadaan yang serba ada dan fasilitas yang tersedia
dengan seoptimal mungkin. Atas kondisi tersebut maka peneliti terpanggil untuk
mengadakan penelitian di RA Al-Huda Desa Sumberrejo Kecamatan Gunungwungkal
Kabupaten Pati.
B. PENEGASAN ISTILAH
1. Upaya
Usaha, ikhtiar (untuk mencapai
suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya).[9]
2. Peningkatan
Proses, cara, perbuatan
meningkatkan ( usaha, kegiatan,
kenaikan, menambah dan sebagainya).[10]
3. Perkembangan
Perkembangan diartikan sebagai proses yang kekal dan
tetap menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi
berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan dan belajar.[11]
4. Motorik Halus Anak
Perkembangan
motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota
tubuh. Gerakan motorik halus yang peneliti maksud adalah suatu gerakan yang
hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang melibatkan otot-otot
kecil.
Sedangkan kata anak yang peneliti maksud adalah batasan
peserta didik yang berusia antara 3 sampai 5 tahun dan masih duduk di bangku
sekolah Taman Kanak-kanak ( TK).
5. Belajar Menulis
Belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.[12]
Sedangkan menulis diartikan dari kata dasar tulis yaitu ada huruf (angka dan sebagainya) yang
dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil cat, dan sebagainya).[13]
Jadi belajar menulis adalah sebuah aktifitas menggurat
huruf dan angka pada suatu media tertentu dengan peralatan tertentu.
6. Metode Permainan Pasir
Metode permainan pasir adalah permainan yang menggunakan
media berupa pasir yang diaplikasikan menjadi sebuah
media belajar anak. Sebagaimana dikutip dari Helyantini Soetopo[14] bahwa anak
usia TK gemar
dan suka menyentuh serta memegang benda-benda di sekitarnya. Termasuk salah
satunya pasir. Pasir bukan hanya digunakan sebagai alat bermain bagi anak, akan
tetapi lebih dari itu yaitu digunakan sebagai alat bantu (media) belajar.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari
permasalahan yang peneliti hadapi ketika di kelas dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa
masih belum siap menerima materi ajar dengan metode penyampaian materi secara
murni.
2. Penerapan
metode ajar yang kurang menarik dan kurang memperhatikan keadaan siswa.
3. Daya
konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan dari guru kurang maksimal,
sehingga pemahaman siswa terhadap materi ajar pun kurang.
4. Kebanyakan
siswa masih takut untuk mendemonstrasikan menulis di depan kelas.
5. Kebanyakan
belum terampil dan hafal huruf-huruf abjad maupun arab.
6. Anak-anak
masih cenderung suka bermain daripada belajar dengan serius.
D. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
“Apakah penerapan
metode permainan pasir dapat meningkatkan perkembangan motorik halus siswa
dalam belajar menulis di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec.
Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2012/2013?”
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam skripsi yang peneliti susun, adalah sebagai berikut : untuk
mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan
metode permainan pasir dapat meningkatkan perkembangan motorik halus siswa
dalam belajar menulis di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec.
Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
yang dapat diperoleh dari penelitian skripsi ini nantinya adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat
Teoritis
Melalui tulisan ini diharapkan dapat
menambah wawasan pengetahuan tentang pentingnya permainan pasir untuk melatih
perkembangan motorik halus bagi anak usia pra sekolah. Dan melalui tulisan ini
menjadikan inspirasi untuk mengembangkan media belajar yang efektif dan efisien
tanpa menggunakan uang yang terlalu mahal.
b. Manfaat
Praktis
1. Bagi
peneliti, manfaat yang dapat diperoleh yaitu untuk menambah wawasan dibidang
pendidikan dunia anak khususnya tentang media ajar bagi anak usia pra sekolah
serta dapat mengimplementasikan dalam pendidikan sehari-hari.
2. Bagi
guru, manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah atau bahkan mengubah
strategi belajar dengan media ajar yang sederhana yaitu permainan pasir dan
mengimplementasikan dalam mengembangkan materi yang berkaitan dengan
perkembangan motorik halus anak.
3. Dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi guru, calon guru, dan peneliti PAUD bahwa
mengajar dengan metode bermain pasir dapat meningkatkan kreativitas anak
khususnya Taman kanak-kanak.
4.
Bagi sekolah, hasil
penelitian ini semoga dapat dijadikan masukan atau acuan sekolah dalam
mengembangkan motorik anak secara efektif dan efisien serta menarik perhatian
anak.
G. LANDASAN TEORI
1) Perkembangan
Motorik Halus Anak
a. Pengertian
Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik
anak. Menurut Bambang Sujiono perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak, atau dengan kata lain proses seorang anak belajar
untuk terampil menggerakkan anggota tubuh.[15] Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang
sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan
sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari
berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara
genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail
tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang
dikembangkan Thelen & whiteneyerr.[16]
Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan
sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan
motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan
dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin
memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu
bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan
apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Dengan demikian teori tersebut menjelaskan betapa pentingnya
motivasi yang diberikan kepada anak, karena dengan motivasi untuk melakukan
sesuatu, anak tersebut dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan
baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system
syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak
yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung kemampuan
motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang,
proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk
mengambil mainannya.
b. Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia RA
Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot kecil/halus,
gerakan motorik halus ini bisa berkembang dengan baik ketika dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Dalam hal ini bisa kita lihat contohnya yaitu ketika anak tersebut
mempunyai daya atau kemampuan memindahkan benda dari tangannya. Contoh kongkrit
ketika anak sedang mencoret-coret tembok, menggunting kertas, menulis dan lain
sebagainya.
Dalam hal ini perkembangan motorik halus pada usia RA sangat
difokuskan pada koordinasi gerakan motorik halusnya, dalam hal ini berkaitan
dengan sebuah kegiatan meletakkan atau memegang sesuatu dengan jari. Ini
diharapkan bahwa anak usia RA akan mampu menggunakan jari jemarinya untuk
kegiatan baik menyusun balok dengan rapi atau pun menulis bahkan kegiatan yang
lainnya.
Semakin bertambah usia, perkembangan motorik siswa juga mengalami
perubahan yang signifikan, pada anak usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik
halus anak sangat berkembang, perkembangan motorik halusnya bahkan hampir
sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam
menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan yang sempurna. Selanjutnya berdasarkan
pendapat dan teori para pakar psikologi anak, pada usia 5 atau 6 tahun
koordinasi gerakan motorik halus akan berkembang pesat. Sehingga pada masa ini
anak telah mampu mengkoordinasikan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,
antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Gerakan motorik halus, seperti menggambar dan menulis akan
diperlukan anak ketika menapaki pendidikan selanjutnya. Namun demikian
perkembangan motorik halus pada anak tidak akan sama dengan anak lain meskipun
usia mereka sama.
Berikut perkembangan motorik pada anak usia RA
(antara usia 4-5 tahun):
Motorik Kasar
|
Motorik Halus
|
• menuruni
tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur • melompati rintangan • melempar dan menangkap bola • melambungkan bola |
• menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop • membawa gelas tanpa menumpahkan isinya • memasukkan benang ke lubang besar
• latihan menulis dan
mewarnai
|
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan
maupun ketepatannya pada anak usia RA, ada anak usia 4 tahun yang mahir
menulis. Ada pula anak yang genap 6 tahun belum dapat makan dengan rapih dan
belum pandai menulis dan melipat. Anak perempuan cederung lebih dini dalam
kecerdasan motorik halus, terutama soal kecekatannya. Sedangkan anak laki-laki
lebih unggul dalam perkembangan motorik kasar dalam hal melangkah, melempar,
menangkap bola, dan menaiki atau menuruni tangga. Sementara anak perempuan
menunjukkan kemampuan yang lebih baik saat berjingkat-jingkat, meloncat, dan
berlari cepat.
Menurut Mollie and Russell Smart, perbedaan ini juga dipengaruhi
oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua)
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.
Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak,
terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.[17]
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang
optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan
rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin
banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya.
Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda
boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa
takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.
Menurut Mollie and Russell Smart, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak adalah
a.
Faktor pembawaan anak
Kecerdasan
motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya pada anak usia RA, ada
anak usia 4 tahun yang mahir menulis. Ada pula anak yang genap 6 tahun belum
dapat makan dengan rapih dan belum pandai menulis dan melipat.
Faktor pembawaan bisa dilihat melalui faktor
kesehatan jasmaniah dan faktor psikologisnya.[18]
b.
Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan sangat menentukan perkembangan
motorik halus pada anak, anak akan lebih cepat berkembang melalui stimulasi dan latihan yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang
lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan
ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama
kehidupannya.[19]
2) Bermain Pasir
Menurut Dra. Mayke Sugianto T. definisi
kegiatan bermain aktif merupakan bentuk kegiatan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. [20]
Kegiatan bermain aktif dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan
aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.
Menurut Cucu Eliyawati permainan dalam
pendidikan PAUD atau anak usia TK bukan hanya sekedar permainan biasa yang
hanya melelahkan peserta didik akan tetapi permainan ini harus dipilah dan
dipilih bahkan seorang guru harus mampu memberikan sarana berupa permainan yang
edukatif. [21]
Definisi alat permainan edukatif ini disingkat (APE) adalah alat permainan yang
dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.[22]
Alat permainan edukatif sebenarnya tidak harus mengeluarkan biaya, bila seorang
guru kreatif maka bisa memanfaatkan yang ada dilingkungan sekitar kita atau
dilingkungan sekolah. Misalnya media yang digunakan secara efektif, efisien,
dan ekonomis menggunakan pasir sebagai bahan ajar.
Menurut Helyantini Soetopo menulis di
pasir dengan telunjuk, krayon, pensil, batang korek api dapat menjadi alat
Bantu ajar efektif bagi guru dan orang tua saat mengajarkan menulis pada anak. Pasir sendiri merupakan
bahan yang bertekstur lembut yang enak dipegang dan
digenggam oleh tangan kecil anak.[23]
Selain itu, bahan ini bersifat multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentuk
lain sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak.
Berdasarkan beberapa teori yang telah
dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa bermain pasir merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan atau menggunakan alat berupa pasir yang menghasilkan pengertian atau
memberikan informasi, memberi kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan
dari luar, serta mampu mengembangkan berbagai potansi pada anak. Dalam konteks
ini yang perlu diperhatikan atau digaris bawahi adalah suasana dan rasa senang
pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak
sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut
tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain. Oleh karenanya bermain
pasir sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan
belajar pada pendidikan pra sekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan
pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
3) Urgensi
Bermain Bagi Anak Usia RA
Usia dini antara 4-6 tahun pada dasarnya merupakan usia Taman
Kanak-kanak (TK). Dalam perkembangan motoriknya anak cenderung menyukai kegiatan bermain yang diapresiasikan
sebagai salah satu dari wujud kenyataannya sebagai dunia anak-anak.
Dikutip dari buku karangan Mayke
Sugiyanto T, sebagaimana pendapat Hurlock bahwa perkembangan bermain terjadi
melalui tahapan-tahapan berikut:
1)
Melalui Fase Tahap
Penjelajahan (Exploratory Stage)
Menurut
Hurlock pada tahapan ini mempunya ciri khas yaitu anak cenderung focus pada kegiatan
mengamati objek atau orang lain, seorang anak akan mencoba menjangkau atau
meraih benda disekelilingnya, lalu mengamatinya. Melalui pengalamannya ini anak
akan mengamati sesuatu yang ada disekelilingnya dan akan mencoba mengambilnya.
2)
Melalui Fase
Tahapan Mainan (Toy Stage)
Pada
tahapan mainan akan mencapai puncaknya menginjak usia 5-6 tahun. Biasanya hal ini terjadi pada usia
pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasa bermain dengan boneka dan
mengajaknya bercakap-cakap atau bermain seperti layaknya teman bermain.
3)
Melalui Fase
Tahapan Bermain (Play Stage)
Pada
tahapan ini anak sudah mulai tampak memiliki jenis mainan yang banyak dan
bermacam-macam. Anak sudah pandai memilih mana yang disukai dari beberapa jenis
mainan yang ada, anak sudah mulai realistis dalam bermain. Pada usia ini
terjadi kira-kira menginjak akan memasuki sekolah dasar.
4)
Tahap Melamun (Daydream Stage)
Pada
tahapan ini, anak cenderung meningglkan mainan yang selama ini ia sukai. Anak
mengalami masa peralihan yaitu menginjak masa pubertas, jadi masa-masa yang
dilewati beralih ke hal-hal yang cenderung negative dan menghabskan banyak
waktu untuk melamun bahkan ada yang sampai menyendiri. [24]
4)
Pengaruh
Penerapan Metode Bermain Pasir Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Suatu metode bisa dikatakan efektif
jika prestasi beajar yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode
yang tepat guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat
menghasilkan prestasi yang lebih baik. Hasil pembelajaran yang baik haruslah
bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan
semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu.
Perubahan ini sudah barang tentu harus dapat dilihat dan diamati, bersifat
khusus dan operasional, dalam arti mudah diukur.
Dewasa ini metode permainan pasir dipandang sebagai
metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa RA atau setingkat TK karena
Metode permainan pasir dipandang sebagai suatu fungsi dan prosedur metode yang efektif dan menyenangkan. Dengan metode permainan
pasir semua siswa dapat aktif secara langsung dalam proses belajar dan mencoba mendemonstrasikan secara individu. Masing-masing siswa melaksanakan
permainan ini, yang berarti setiap individu
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran melalui permainan pasir
ini hasil belajar siswa menjadi meningkat karena mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam perkembangan motorik halus.
Uraian di atas menunjukkan bahwa metode permainan pasir memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain, diantaranya adalah :
a.
Mampu mendorong partisipasi
didik untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
b.
Mampu menumbuhkan kreatifitas
peserta didik untuk mengembangkan
gerakan motorik halus khususnya dalam menulis.
c.
Mampu menumbuhkan rasa percaya diri dalam belajar, karena mereka
tidak merasa tegang dalam menempuh materi akan tetapi mengedepankan belajar
sambil bermain.
d.
Mengembangkan kemandirian
intelektual dan kreasi siswa dalam ranah motorik
halus.
Metode permainan pasir merupakan metode yang
sangat tepat digunakan pada anak usia
RA sebagai upaya untuk meningkatkan perkembangan motorik halus siswa. Metode ini dipandang mampu meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak, karena dalam proses
pembelajarannya dituntut untuk berkreasi dan melakukan latihan secara langsung
sehingga anak menjadi aktif dan mampu berlatih secara mandiri. Sehingga berimplikasi
pada ketrampilan motorik halusnya.
H.
Hipotesis
Tindakan
Adapun hipotesis dari
penelitian ini adalah “Melalui penerapan metode permainan pasir dapat meningkatkan perkembangan motorik
halus siswa dalam belajar menulis di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa
Sumberrejo kec. Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2012/2013”
I.
METODE
PENELITIAN
1. Jenis Pendekatan
Penelitian
Di sisi lain, karena peneitian ini
bersifat studi research atas dinamika
pembelajaran untuk semua data yang diolah seluruhnya berdasarkan atas data yang
diperoleh dari proses penelitian di tempat tersebut yang didasarkan atas teori
yang ada.
Sebagai upaya untuk mempertegas
tujuan penelitian maka perlu dijelaskan seperti apa jenis penelitian yang
dipilih sehingga dapat digunakan metode-metode pendukung lainnya agar sesuai
dengan konteks penelitian yang ingin dilakukan. Dalam penelitian skripsi ini
jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan, tepatnya Classroom Action Research (CAR) atau
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan ragam penelitian pembelajaran
yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru serta memperbaiki mutu dan
hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu
dan hasil pembelajaran.[25]
Hal ini dilakukan karena konteks objek dan subjek dalam penelitian ini adaah
sebuah komunitas dan atau kelompok masyarakat pada tempat dan situasi tertentu
sehingga membutuhkan penelitian lapangan sebagai salah satu cara untuk
pengumpulan data.
Pendekatan penelitiannya adalah
diskriptif kualitatif yakni pendekatan dengan memberikan gambaran sementara
berdasarkan data awal yang dimiliki untuk menentukan dan mengemvbangkan
langkah-langkah analisa lanjutan.
2. Lokasi Dan Waktu
Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Dalam
penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa
Sumberrejo kec. Gunungwungkal.
b) Waktu Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan
September 2012.
3. Subjek Penelitian
Subyek
penelitian adalah siswa-siswi Kelompok B Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa
Sumberrejo kec. Gunungwungkal pada pokok bahasan Pengembangan motorik halus.
4. Desain Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri
dari empat tahap, yakni : Perencanaan (Planning),
Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting) dengan penetapan fokus
penelitan diarahkan terhadap:
a. Merasakan adanya masalah
b. Analisis Masalah
c. Perumusan Masalah
Kemudian
dilanjutkan langkah-langkah sustainable dari empat tahap dimaksud yakni
Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting) Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting),
untuk lebih jelasnya berikut skema daur pelaksanaan PTK :



5. Rencana Tindakan
a) Pra Siklus
Pra siklus adalah kegiatan awal
sebelum pelaksanaan siklus I dimulai, dalam kegiatan ini peneliti melakukan
observasi terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang ada di Kelompok B RA
Al-Huda. Temuan dari pra siklud ini nantinya yang akan dijadikan acuan dalam
perbaikan persiklus.
b)
Siklus
Dari penemuan pra siklus maka
peneliti kemudian menentukan langkah Penelitian Tindakan Kelas, melalui :
1)
Perencanaan
-
Meninjau kembali Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disiapkan sebelumnya.
-
Menyusun Rencana Pembelajaran
ynag telah disesuaikan dengan hasil penemuan awal pra siklus, berupa pilihan
metode permainan pasir.
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yang dibuat dan
metode yang telah ditentukan. Dengan langkah sebagai berikut:
-
Guru memberi gambaran
variasi metodik mengenai pembelajaran
-
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran lengkap dengan langkah-langkah evaluasinya
-
Guru memberikan materi
serta contoh-contoh dan mengajak siswa melakukan umpan balik atas materi yang
telah disampaikan.
-
Guru peneliti memberi
kebebasan siswa untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan
-
Guru melakukan evaluasi
3)
Observasi
Dari proses pembelajaran guru kemudian
melakukan pengamatan situasi kelas atas kemampuan siswa untuk mengukur kapasitas
dan tingkat prosentasi kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
penerapan metode
permainan pasir yang dilaksanakan oleh guru.
4)
Refleksi
Guru melakukan
korelasi atas perkembangan pembelajaran antara pembelajaran yang dilaksanakan
agar bisa dicari kelemahan dan kekurangannya sehingga mampu dirumuskan langkah
strategis sebagai sebuah solusi atas proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam refleksi ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a)
Memeriksa catatan observasi
b)
Merevisi tugas yang masih dianggap
sulit oleh siswa
c)
Memberikan penugasan kepada
siswa untuk siklus II.
6. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
a) Instrumen Penelitian
Sesuai
dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, maka yang menjadi istrumen
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya.[26]
Dalam penelitian ini juga memakai instrumen perangkat kamera dan handphone guna
merekam data-data yang diperlukan.
Adapun instrumen
penilaian yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan motorik halus
siswa di RA Al-Huda adalah sebagai berikut:
No
|
Aspek Penilaian
|
Hasil Pengamatan
|
|||
BS
|
B
|
C
|
K
|
||
1
|
Bisa menulis dengan baik dan benar
|
||||
2
|
Mampu mempraktikkan langkah-langkah penelitian
huruf dan angka secara benar
|
||||
3
|
Mampu menulis huruf dan angka sesuai
yang diperintahkan oleh guru
|
||||
4
|
Ketrampilan menulis huruf dan angka (bisa
menulis dan menyebutkan nama huruf dan angka)
|
||||
5
|
Menulis huruf dan angka secara urut
dan benar
|
Catatan
:
BS : Baik Sekali (Skor 4) C : Cukup (Skor 2)
B : Baik (Skor
3) K : Kurang (Skor 1)
Instrumen penilaian observasi kinerja guru:
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
Ket
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
2
3
4
5
6
7
|
Ketrampilan dalam seleksi topik
Ketrampilan dalam memotivasi siswa
Ketrampilan dalam mengelola kelas
Ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan
Ketrampilan dalam memberikan bimbingan
Ketrampilan dalam melakukan kegiatan bercerita
Ketrampilan dalam memainkan peran sebagai fasilitator keseluruhan
|
b) Teknik Pengumpulan Data
Mengingat penelitian
skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan yaitu penelitian yang obyek
penelitiannya didasarkan atas obyek tertentu, serta merupakan jenis penelitian
tindakan kelas (PTK) maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena – fenomena yang
diselidiki.[27]
Karena
penelitian yang peneliti lakukan termasuk penelitian kualitatif yang memiliki
sifat realitas ganda, holistik, dinamis dengan hasil konstruksi dan pemahaman
yang maksimal, maka observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah
Observasi Partisipatif di mana peneliti mencoba masuk di dalam
dinamika objek dan subjek penelitian serta mengikuti pola kinerja keseharian
objek kajian. Agar terjadi keseimbangan asumsi maka peneliti menggunakan observasi moderat dengan karakter
observasi yang dilakukan diharapkan ditemukan data yang valid, kapabel, sesuai
dengan fakta dan aktual, sehingga peneliti akan dengan mudah melakukan kajian
awal dalam proses penelitian yang dilakukan. 23
Metode
observasi digunakan untuk menggali data dan atau catatan lapangan serta review tentang Metode Permainan Pasir Dalam
Upaya Peningkatan Perkembangan Motorik Halus di Kelompok B Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda
Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal Kabupaten Pati yang dilakukan
guru dalam kontek Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Portofolio
Portofolio
adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas
kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian
dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan
dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut
portofolio. Portofolio dalam arti ini,
dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau
salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa,
atau menilai hasil belajar siswa.[28]
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi dan hasil percobaan/proses dalam bentuk deskripsi baik
berupa gambar atau tulisan sederhana yang dibuat anak. Penilaian portofolio dapat digunakan untuk
bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar.[29]
Portofolio digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data informasi
tentang perkembangan motorik halus terhadap peserta didik. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan, kemajuan belajar peserta didik
melalui karyanya.
d. Triangulasi
Dalam
pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data
yang ada.[30]
Dalam kontek ini penelitian yang peneliti lakukan, maka triangulasi peneliti
gunakan untuk melakukan kros cek dalam mencari kebenaran serta kevalidan atas
data yang ada, sehingga data yang di dapat dan di analisa bisa lebih maksimal
dan terjaga kevalidannya.
Triangulasi
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Triangulasi Sumber, hal ini dilakukan
untuk menguji kridibilitas data dengan melakukan pengcekan data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Triangulasi Teknik, hal ini dilakukan
untuk menguji kredibilitas yang dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber
yang sama dengan tehnik yang berbeda.
3) Triangulasi waktu, walau hal
ini tidak terlalu signifikan dalam penelitian yang peneliti lakukan, namun acap
kali, waktu sering mempengaruhi kredibilitas data, sehingga waktu serta keadaan
yang berbeda bisa jadi menghasilkan validitas informasi yang berbeda pula.[31]
7. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu
metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian
ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan
atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara observasi langsung oleh guru tentang setiap
aktivitas siswa pada setiap akhir putaran, meliputi kegiatan pembelajaran dan
penugasan yang dilaksanakan secara portofolio oleh siswa.
Dalam
menganalisis data, secara umum penelitian penggunaan model alur dengan
penggunaan motode induktif yang direlasikan dengan hasil triangulasi data yang
ada.
Untuk
memberikan gambaran sistem analisa yang akan peneliti lakukan berikut
gambaran umum mengenai proses analisa data. Setelah data terkumpul,
maka peneliti melakukan pemilahan atas sumber data yang dimiliki, dengan
menggunakan analisa induktif dengan mendasarkan atas kesimpulan awal yang telah
ditentukan. Dari sinilah diharapkan dapat diambil konklusi atas hasil
penelitian, setelah itu, peneliti melakukan rencana tindakan yang disesuaikan
dengan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hingga pada
penyelesaian masalah, sehingga siklus berhenti. Agar lebih jelas berikut
gambaran langkah-langkah penelitian yang kami lakukan untuk menopong analisa
atas data :
|
||||||
![]() |
![]() |
|||||
|


|
|
|
|
![]() |
Sebagaimana
karakter penelitian Kualitatif, bahwa penelitian Kualitatif lebih mementingkan
proses dari pada hasil, artinya dalam pengmpulan data, seringkali memperhatikan
hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. Di samping
itu, dalam penelitian kualitatif diusahakan mengumpulkan data secara diskriptif
yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka, untuk mendukung penelitian ini, peneliti
menempatkan subjek yang diteliti dalam kedudukan yang sama dengan peneliti,
jadi tidak sebagai objek atau lebih rendah kedudukannya. Untuk itu, peneliti
berusaha mendasarkan analisa se-objektif mungkin dalam menempatkan asumsi agar
implementasi penelitian bisa berjalan dengan baik, tanpa mengesampingkan
triangulasi metode dan data.
8. Indikator Keberhasilan
Dalam
penelitian tindakan ini, indikator keberhasilan dilihat dari:
1. Adanya peningkatan kemampuan motorik halus siswa setelah menerapkan metode permainan pasir.
2. Kemampuan motorik halus siswa setelah diterapkan metode permainan pasir diharapkan rata-rata mencapai B.
3. Minimal 90% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut
mencapai ketuntasan belajar individu.
4. Kinerja guru diharapkan mencapai 100%.
J. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I :
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
B.
Penegasan Istilah
C.
Identifikasi Masalah
D.
Rumusan Masalah
E.
Tujuan Masalah
F.
Manfaat penelitian
G.
Sistematika penelitian
BAB II :
LANDASAN TEORI
A. Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Dini
|
||
1. Pengertian Perkembangan Motorik Anak
Usia Dini
|
||
2. Klasifikasi Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak
Usia Dini
|
||
3. Pencapaian Gerakan Motorik Halus Siswa dari Segi
Kecakapan Anak
|
||
4. Pencapaian
Kemampuan Motorik Halus Berdasarkan Usia
|
||
B. Bermain Pasir
|
||
a.
Pengertian Bermain Pasir
|
||
b.
Permainan Pasir Sebagai Sumber Belajar Anak Usia
Dini
|
||
c.
Manfaat Bermain Pasir Untuk Perkembangan Anak Usia
Pra Sekolah
|
||
C. Urgensi Bermain
Bagi Anak ( RA ) Raudlatul Athfal
|
||
1.Pentingnya Bermain Pada Anak Usia
RA
|
||
2.Manfaat Bermain Untuk
Perkembangan Anak
|
BAB III : METODE
PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan
Penelitian
B. Fokus Penelitian
C. Lokasi dan Waktu
Penelitian
D. Subjek Penelitian
E. Desain Penelitian
F.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Analisis Data
BAB IV : HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo Kecamatan Gunungwungkal Kab.
Pati
a.
Sejarah Berdiri Raudlatul Athfal (RA)
Al- Huda Desa Sumberrejo Kecamatan
Gunungwungkal Kab. Pati
b.
Letak Geografis
c.
Struktur Organisasi
d.
Keadaan Guru dan Siswa
e.
Keadaan Sarana dan Prasarana
B.
Hasil
Penelitian Per Siklus
C. Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus
BAB V :
PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
[5] R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan
Pengajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 105.
[6] Soemiarti Patmonodewo, Bermain
dan Belajar (Konsep Aplikatif Pendidikan Anak Usia Dini), (Surabaya: 2003), hlm. 6.
[7] Haidar Putra Daulay, Pendidikan
Islam (Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia), (Jakarta : Prenada Media,
2004), hlm. 77.
[13] Sampurna K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cipta Karya,
2003), hlm. 452.
[14] Helyantini Soetopo, Pintar Memakai Alat
Bantu Ajar; Untuk Guru Kelompok Anak
Usia Dini, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 36.
[15] Bambang Sujiono, Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta:Universitas
Terbuka Edisi I, 2005), hlm. 1.10.
[18] Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm.54.
[21] Cucu Eliyawati, Pemilihan
dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini, (Jakarta: Depdiknas, 2005), hlm. 20.
[25] H. Ibnu Hajar, dkk. Modul
Kelompok MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG, (Semarang: Panitian Sertifikasi
Guru LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo, 2001), hlm. 121-122.
[28] Depdiknas, Pedoman
Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian, (Jakarta: Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hlm. 3.
[29] Depdiknas, Pedoman
Model Penilaian Kelas (KTSP TK-SD-SMP-SMA-SMK-MI-MTs-MA-MAK), (Jakarta:
Depdiknas, 2007), hlm. 15-16.