Sunday, January 1, 2017

UPAYA PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DALAM BELAJAR MENULIS MELALUI METODE PERMAINAN PASIR DI RAUDLATUL ATHFAL (RA) AL- HUDA DESA SUMBERREJO KEC. GUNUNGWUNGKAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013



A.   LATAR BELAKANG
Usia anak RA (setingkat TK) adalah periodesasi usia anak yang sedang mengalami masa tumbuh kembang yang amat cepat. Pada masa tersebut, proses perubahan fisik, emosi, dan sosial akan berlangsung cepat. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari diri anak sendiri maupun yang berasal dari lingkungan.[1] Faktor yang membentuk perkembangan anak paling banyak ditentukan oleh lingkungan yang membentuk mereka berinteraksi, lingkungan paling strategis dalam mendorong perkembangan anak yaitu di lingkungan sekolah.
Masa lima tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang cepat. Usia 5 tahun ini menurut Aristoteles masuk dalam kategori fase pertama.[2] Misalnya kecepatan lari akan semakin bertambah kencang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Pada anak usia Raudlatul Athfal (RA) perkembangan kemampuan anak akan sangat terlihat pula. Salah satu kemampuan pada anak RA yang berkembang pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya baik motorik halus maupun motorik kasar.
Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuh. Motorik adalah semua gerakan yang mungkinkan dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat juga disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.[3] Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak.
Ketrampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.[4] Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan dengan secara sederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol otak. Aktivitas anak terjadi dibawah kontrol otak. Secara stimultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima.
Perkembangan kemampuan motorik ini akan terlihat jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Oleh sebab itu, peningkatan ketrampilan fisik anak juga berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan aktivitas utama anak usia RA. Semakin kuat dan terampilnya gerak seorang anak, membuat anak senang bermain dan tidak lelah untuk mengerakkan seluruh anggota tubuhnya saat bermain.

Perkembangan motorik halus dalam kaitannya menulis di RA Al-Huda Desa Sumberrejo Kecamatan Gunungwungkal tergolong variatif, diantara sejumlah murid ada yang mau dan bisa melaksanakan perintah dari guru untuk menulis. Akan tetapi ada sebagian siswa yang masih belum mau mengerjakan perintah gurunya. Bahkan ketika guru menyuruh menulis dengan cara menjiplak dari papan tulis, siswa kebanyakan malah senang bermain seenaknya sendiri. Ketika siswa disuruh mendemonstrasikan untuk maju menulis di depan papan tulis kebanyakan tidak berani dan merasa takut. Sehingga dengan kondisi yang demikian akan menghambat perkembangan motorik halus siswa dalam kaitan belajar menulis di RA Al-Huda.
Dari permasalahan yang peneliti hadapi ketika di kelas dapat dilihat melalui beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Siswa masih belum siap menerima materi ajar dengan metode penyampaian materi secara murni.
2.      Penerapan metode ajar yang kurang menarik dan kurang memperhatikan keadaan siswa.
3.      Daya konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan dari guru kurang maksimal, sehingga pemahaman siswa terhadap materi ajar pun kurang.
4.      Kebanyakan siswa masih takut untuk mendemonstrasikan menulis di depan kelas.
5.      Kebanyakan belum terampil dan hafal huruf-huruf abjad maupun arab.
6.      Anak-anak masih cenderung suka bermain daripada belajar dengan serius.
Melalui permasalahan perkembangan motorik anak usia RA yang peneliti uraikan di atas, sangat penting bagi guru mempunyai inisiatif yang inovasi untuk memanfaatkan keadaan anak yang suka bermain dimanfaatkan dengan kegiatan atau hal-hal yang positif. Dalam proses belajar seorang guru harus berusaha agar anak tidak mudah bosan dengan apa yang diajarkan di sekolah, dalam hal ini guru dituntut untuk menggunakan metode yang tepat bagi anak.[5] Metode bermain sambil belajar dapat kita gunakan dalam mempermudah penguasaan materi. Anak akan merasa senang jika diajak bermain, tetapi bermain disini dalam arti permainan yang dilakukan mengarah ke materi pembelajaran. Jadi dengan sendirinya anak sudah belajar dan anak dapat memahami apa yang disampaikan guru. Selain menguasai metode-metode, guru juga harus menguasai berbagai teknik mengajar. Selama proses belajar berlangsung, guru juga harus memberikan pengamatan yang tepat agar proses belajar lancar sesuai yang diharapkan. Seperti kata Friederich Wilhelm Frobel dalam Soemiarti Patmonodewo, Frobel yakin betapa pentingnya belajar melalui bermain.[6]
Guru dalam menanamkan pembelajaran bermain harus selalu memberikan arahan yang tepat sehingga anak bisa berkembang dengan baik dan anak menjadi kreatif. Bermain dipandang sebagai suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar. Dengan bermain anak dapat berkreasi lebih banyak dari biasanya. Bakat yang ada pada anak akan timbul dan menjadikan kreativitas. Guru juga harus membantu anak untuk meningkatkan kreativitas agar terus berkembang dan dapat diwujudkan melalui pribadi anak yang baik.
Guru harus terampil dalam memilih suatu permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Salah satu bentuk memanfaatkan moment tersebut adalah memberikan anak permainan yang menarik untuk belajar dengan alat yang sederhana yaitu menulis atau menggambar melalui alat bantu atau media pasir. Dalam hal ini guru harus memiliki kemampuan teknis keguruan, memiliki kemampuan teknis mengajar yang meliputi persiapan mengajar, proses pembelajaran, sampai kepada evaluasi.[7] Dengan demikian terjadilah kontak peran aktif antara guru dan anak dalam melaksanakan proses belajar mengajar.[8]
Atas dasar pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian tindakan kelas dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan yang terjadi pada proses belajar mengajar selama ini. Karena dalam pembelajaran peneliti sering menemukan kekurangan dan kelemahan baik dalam penerapan metode maupun keaktifan siswa dalam menerima pelajaran seperti yang telah utarakan di atas. Disini peneliti mencoba mengidentifikasi sejauh mana tingkat efektifitas dari penerapan  metode permainan pasir dalam mengembangkan motorik halus yang peneliti uraikan di atas. Atas dasar penerapan metode yang unik dan tergolong menarik bagi anak, tentunya dapat menunjang kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien, dari pihak Kepala RA dan guru sudah berupaya meningkatkan dengan keadaan yang serba ada dan fasilitas yang tersedia dengan seoptimal mungkin. Atas kondisi tersebut maka peneliti terpanggil untuk mengadakan penelitian di RA Al-Huda Desa Sumberrejo Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati.
B.    PENEGASAN ISTILAH
1.      Upaya             
Usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya).[9]
2.      Peningkatan   
Proses, cara, perbuatan  meningkatkan ( usaha, kegiatan,    kenaikan, menambah dan sebagainya).[10]
3.      Perkembangan
Perkembangan diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan dan belajar.[11]
4.      Motorik Halus Anak
Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuh. Gerakan motorik halus yang peneliti maksud adalah suatu gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang melibatkan otot-otot kecil. 
Sedangkan kata anak yang peneliti maksud adalah batasan peserta didik yang berusia antara 3 sampai 5 tahun dan masih duduk di bangku sekolah Taman Kanak-kanak ( TK).
5.      Belajar Menulis
Belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[12]
Sedangkan menulis diartikan dari kata dasar tulis yaitu ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil cat, dan sebagainya).[13]  
Jadi belajar menulis adalah sebuah aktifitas menggurat huruf dan angka pada suatu media tertentu dengan peralatan tertentu.
6.      Metode Permainan Pasir
Metode permainan pasir adalah permainan yang menggunakan media berupa pasir yang diaplikasikan menjadi sebuah media belajar anak. Sebagaimana dikutip dari Helyantini Soetopo[14] bahwa anak usia TK gemar dan suka menyentuh serta memegang benda-benda di sekitarnya. Termasuk salah satunya pasir. Pasir bukan hanya digunakan sebagai alat bermain bagi anak, akan tetapi lebih dari itu yaitu digunakan sebagai alat bantu (media) belajar.
C.    IDENTIFIKASI MASALAH
Dari permasalahan yang peneliti hadapi ketika di kelas dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.      Siswa masih belum siap menerima materi ajar dengan metode penyampaian materi secara murni.
2.      Penerapan metode ajar yang kurang menarik dan kurang memperhatikan keadaan siswa.
3.      Daya konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan dari guru kurang maksimal, sehingga pemahaman siswa terhadap materi ajar pun kurang.
4.      Kebanyakan siswa masih takut untuk mendemonstrasikan menulis di depan kelas.
5.      Kebanyakan belum terampil dan hafal huruf-huruf abjad maupun arab.
6.      Anak-anak masih cenderung suka bermain daripada belajar dengan serius.
D.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
“Apakah penerapan metode permainan pasir dapat meningkatkan perkembangan motorik halus siswa dalam belajar menulis di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2012/2013?

E.     TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam skripsi yang peneliti susun, adalah sebagai berikut : untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan metode permainan pasir dapat meningkatkan perkembangan motorik halus siswa dalam belajar menulis di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2012/2013.
F.    MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian skripsi ini nantinya adalah sebagai berikut:
a.       Manfaat Teoritis
Melalui tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pentingnya permainan pasir untuk melatih perkembangan motorik halus bagi anak usia pra sekolah. Dan melalui tulisan ini menjadikan inspirasi untuk mengembangkan media belajar yang efektif dan efisien tanpa menggunakan uang yang terlalu mahal.
b.      Manfaat Praktis
1.      Bagi peneliti, manfaat yang dapat diperoleh yaitu untuk menambah wawasan dibidang pendidikan dunia anak khususnya tentang media ajar bagi anak usia pra sekolah serta dapat mengimplementasikan dalam pendidikan sehari-hari.
2.      Bagi guru, manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah atau bahkan mengubah strategi belajar dengan media ajar yang sederhana yaitu permainan pasir dan mengimplementasikan dalam mengembangkan materi yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak.
3.      Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru, calon guru, dan peneliti PAUD bahwa mengajar dengan metode bermain pasir dapat meningkatkan kreativitas anak khususnya Taman kanak-kanak.
4.      Bagi sekolah, hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan masukan atau acuan sekolah dalam mengembangkan motorik anak secara efektif dan efisien serta menarik perhatian anak.
G.    LANDASAN TEORI
1)      Perkembangan Motorik Halus Anak
a.      Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Menurut Bambang Sujiono perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak, atau dengan kata lain proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuh.[15]  Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr.[16] Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Dengan demikian teori tersebut menjelaskan betapa pentingnya motivasi yang diberikan kepada anak, karena dengan motivasi untuk melakukan sesuatu, anak tersebut dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
b.      Perkembangan Motorik Halus Anak Usia RA
Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot kecil/halus, gerakan motorik halus ini bisa berkembang dengan baik ketika dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Dalam hal ini bisa kita lihat contohnya yaitu ketika anak tersebut mempunyai daya atau kemampuan memindahkan benda dari tangannya. Contoh kongkrit ketika anak sedang mencoret-coret tembok, menggunting kertas, menulis dan lain sebagainya.
Dalam hal ini perkembangan motorik halus pada usia RA sangat difokuskan pada koordinasi gerakan motorik halusnya, dalam hal ini berkaitan dengan sebuah kegiatan meletakkan atau memegang sesuatu dengan jari. Ini diharapkan bahwa anak usia RA akan mampu menggunakan jari jemarinya untuk kegiatan baik menyusun balok dengan rapi atau pun menulis bahkan kegiatan yang lainnya.
Semakin bertambah usia, perkembangan motorik siswa juga mengalami perubahan yang signifikan, pada anak usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, perkembangan motorik halusnya bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan yang sempurna. Selanjutnya berdasarkan pendapat dan teori para pakar psikologi anak, pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus akan berkembang pesat. Sehingga pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Gerakan motorik halus, seperti menggambar dan menulis akan diperlukan anak ketika menapaki pendidikan selanjutnya. Namun demikian perkembangan motorik halus pada anak tidak akan sama dengan anak lain meskipun usia mereka sama.
Berikut perkembangan motorik pada anak usia RA (antara usia 4-5 tahun):
Motorik Kasar
Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur
• melompati rintangan
• melempar dan menangkap bola
• melambungkan bola
• menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop
• membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
• memasukkan benang ke lubang besar
latihan menulis dan mewarnai

c.       Faktor-faktor  yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya pada anak usia RA, ada anak usia 4 tahun yang mahir menulis. Ada pula anak yang genap 6 tahun belum dapat makan dengan rapih dan belum pandai menulis dan melipat. Anak perempuan cederung lebih dini dalam kecerdasan motorik halus, terutama soal kecekatannya. Sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam perkembangan motorik kasar dalam hal melangkah, melempar, menangkap bola, dan menaiki atau menuruni tangga. Sementara anak perempuan menunjukkan kemampuan yang lebih baik saat berjingkat-jingkat, meloncat, dan berlari cepat.
Menurut Mollie and Russell Smart, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.[17]
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.
Menurut Mollie and Russell Smart, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak adalah
a.       Faktor pembawaan anak
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya pada anak usia RA, ada anak usia 4 tahun yang mahir menulis. Ada pula anak yang genap 6 tahun belum dapat makan dengan rapih dan belum pandai menulis dan melipat.
Faktor pembawaan bisa dilihat melalui faktor kesehatan jasmaniah dan faktor psikologisnya.[18]
b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat menentukan perkembangan motorik halus pada anak, anak akan lebih cepat berkembang melalui stimulasi dan latihan yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.[19]
2)      Bermain Pasir
Menurut Dra. Mayke Sugianto T. definisi kegiatan bermain aktif merupakan bentuk kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. [20] Kegiatan bermain aktif dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.
Menurut Cucu Eliyawati permainan dalam pendidikan PAUD atau anak usia TK bukan hanya sekedar permainan biasa yang hanya melelahkan peserta didik akan tetapi permainan ini harus dipilah dan dipilih bahkan seorang guru harus mampu memberikan sarana berupa permainan yang edukatif. [21] Definisi alat permainan edukatif ini disingkat (APE) adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.[22] Alat permainan edukatif sebenarnya tidak harus mengeluarkan biaya, bila seorang guru kreatif maka bisa memanfaatkan yang ada dilingkungan sekitar kita atau dilingkungan sekolah. Misalnya media yang digunakan secara efektif, efisien, dan ekonomis menggunakan pasir sebagai bahan ajar.
Menurut Helyantini Soetopo menulis di pasir dengan telunjuk, krayon, pensil, batang korek api dapat menjadi alat Bantu ajar efektif bagi guru dan orang tua saat mengajarkan menulis pada anak. Pasir sendiri  merupakan bahan  yang  bertekstur lembut yang enak dipegang dan digenggam oleh tangan kecil anak.[23] Selain itu, bahan ini bersifat multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak.
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain pasir merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau menggunakan alat berupa pasir yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari luar, serta mampu mengembangkan berbagai potansi pada anak. Dalam konteks ini yang perlu diperhatikan atau digaris bawahi adalah suasana dan rasa senang pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain. Oleh karenanya bermain pasir sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan belajar pada pendidikan pra sekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
3)      Urgensi Bermain Bagi Anak Usia RA
Usia dini antara 4-6 tahun  pada dasarnya merupakan usia Taman Kanak-kanak (TK). Dalam perkembangan motoriknya anak cenderung  menyukai kegiatan bermain yang diapresiasikan sebagai salah satu dari wujud kenyataannya sebagai dunia anak-anak.
Dikutip dari buku karangan Mayke Sugiyanto T, sebagaimana pendapat Hurlock bahwa perkembangan bermain terjadi melalui tahapan-tahapan berikut:
1)      Melalui Fase Tahap Penjelajahan (Exploratory Stage)
Menurut Hurlock pada tahapan ini mempunya ciri khas yaitu anak cenderung focus pada kegiatan mengamati objek atau orang lain, seorang anak akan mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya, lalu mengamatinya. Melalui pengalamannya ini anak akan mengamati sesuatu yang ada disekelilingnya dan akan mencoba mengambilnya.
2)      Melalui Fase Tahapan Mainan (Toy Stage)
Pada tahapan mainan akan mencapai puncaknya menginjak usia  5-6 tahun. Biasanya hal ini terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasa bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap-cakap atau bermain seperti layaknya teman bermain.
3)      Melalui Fase Tahapan Bermain (Play Stage)
Pada tahapan ini anak sudah mulai tampak memiliki jenis mainan yang banyak dan bermacam-macam. Anak sudah pandai memilih mana yang disukai dari beberapa jenis mainan yang ada, anak sudah mulai realistis dalam bermain. Pada usia ini terjadi kira-kira menginjak akan memasuki sekolah dasar.
4)      Tahap Melamun (Daydream Stage)
Pada tahapan ini, anak cenderung meningglkan mainan yang selama ini ia sukai. Anak mengalami masa peralihan yaitu menginjak masa pubertas, jadi masa-masa yang dilewati beralih ke hal-hal yang cenderung negative dan menghabskan banyak waktu untuk melamun bahkan ada yang sampai menyendiri. [24]

4)      Pengaruh Penerapan Metode Bermain Pasir Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Suatu metode bisa dikatakan efektif jika prestasi beajar yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik. Hasil pembelajaran yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu. Perubahan ini sudah barang tentu harus dapat dilihat dan diamati, bersifat khusus dan operasional, dalam arti mudah diukur.
Dewasa ini metode permainan pasir dipandang sebagai metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa RA atau setingkat TK karena Metode permainan pasir dipandang sebagai suatu fungsi dan prosedur metode yang efektif dan menyenangkan. Dengan metode permainan pasir semua siswa dapat aktif secara langsung dalam proses belajar dan mencoba mendemonstrasikan secara individu. Masing-masing siswa melaksanakan permainan ini, yang berarti setiap individu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran melalui permainan pasir ini hasil belajar siswa menjadi meningkat karena mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam perkembangan motorik halus.
 Uraian di atas menunjukkan bahwa metode permainan pasir memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain, diantaranya adalah :
a.         Mampu mendorong partisipasi didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
b.        Mampu menumbuhkan kreatifitas peserta didik untuk mengembangkan gerakan motorik halus khususnya dalam menulis.
c.         Mampu menumbuhkan rasa percaya diri dalam belajar, karena mereka tidak merasa tegang dalam menempuh materi akan tetapi mengedepankan belajar sambil bermain.
d.        Mengembangkan kemandirian intelektual dan kreasi siswa dalam ranah motorik halus.
Metode permainan pasir merupakan metode yang sangat tepat digunakan pada anak usia RA sebagai upaya untuk meningkatkan perkembangan motorik halus siswa. Metode ini dipandang mampu meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak, karena dalam proses pembelajarannya dituntut untuk berkreasi dan melakukan latihan secara langsung sehingga anak menjadi aktif dan mampu berlatih secara mandiri. Sehingga berimplikasi pada ketrampilan motorik halusnya.
H.       Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah “Melalui penerapan metode permainan pasir dapat meningkatkan perkembangan motorik halus siswa dalam belajar menulis di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2012/2013


I.      METODE PENELITIAN
1.      Jenis Pendekatan Penelitian
Di sisi lain, karena peneitian ini bersifat studi research atas dinamika pembelajaran untuk semua data yang diolah seluruhnya berdasarkan atas data yang diperoleh dari proses penelitian di tempat tersebut yang didasarkan atas teori yang ada.
Sebagai upaya untuk mempertegas tujuan penelitian maka perlu dijelaskan seperti apa jenis penelitian yang dipilih sehingga dapat digunakan metode-metode pendukung lainnya agar sesuai dengan konteks penelitian yang ingin dilakukan. Dalam penelitian skripsi ini jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan, tepatnya Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru serta memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.[25] Hal ini dilakukan karena konteks objek dan subjek dalam penelitian ini adaah sebuah komunitas dan atau kelompok masyarakat pada tempat dan situasi tertentu sehingga membutuhkan penelitian lapangan sebagai salah satu cara untuk pengumpulan data.
Pendekatan penelitiannya adalah diskriptif kualitatif yakni pendekatan dengan memberikan gambaran sementara berdasarkan data awal yang dimiliki untuk menentukan dan mengemvbangkan langkah-langkah analisa lanjutan.
2.      Lokasi Dan Waktu Penelitian
a)      Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal.
b)      Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan September 2012.
3.      Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelompok B Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal pada pokok bahasan Pengembangan motorik halus.

4.      Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yakni : Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting) dengan penetapan fokus penelitan diarahkan terhadap:
a.      Merasakan adanya masalah
b.     Analisis Masalah
c.      Perumusan Masalah
Kemudian dilanjutkan langkah-langkah sustainable dari empat tahap dimaksud yakni Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting) Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting), untuk lebih jelasnya berikut skema daur pelaksanaan PTK :
 Siklus I






Siklus II





Siklus III

5.      Rencana Tindakan
a)      Pra Siklus
Pra siklus adalah kegiatan awal sebelum pelaksanaan siklus I dimulai, dalam kegiatan ini peneliti melakukan observasi terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang ada di Kelompok B RA Al-Huda. Temuan dari pra siklud ini nantinya yang akan dijadikan acuan dalam perbaikan persiklus.

b)     Siklus
Dari penemuan pra siklus maka peneliti kemudian menentukan langkah Penelitian Tindakan Kelas, melalui :
1)      Perencanaan
-          Meninjau kembali Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disiapkan sebelumnya.
-          Menyusun Rencana Pembelajaran ynag telah disesuaikan dengan hasil penemuan awal pra siklus, berupa pilihan metode permainan pasir.
2)      Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yang dibuat dan metode yang telah ditentukan. Dengan langkah sebagai berikut:
-          Guru memberi gambaran variasi metodik mengenai pembelajaran
-          Guru menyampaikan tujuan pembelajaran lengkap dengan langkah-langkah evaluasinya
-          Guru memberikan materi serta contoh-contoh dan mengajak siswa melakukan umpan balik atas materi yang telah disampaikan.
-          Guru peneliti memberi kebebasan siswa untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan
-          Guru melakukan evaluasi

3)      Observasi
Dari proses pembelajaran guru kemudian melakukan pengamatan situasi kelas atas kemampuan siswa untuk mengukur kapasitas dan tingkat prosentasi kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan penerapan metode permainan pasir yang dilaksanakan oleh guru.
4)      Refleksi
Guru melakukan korelasi atas perkembangan pembelajaran antara pembelajaran yang dilaksanakan agar bisa dicari kelemahan dan kekurangannya sehingga mampu dirumuskan langkah strategis sebagai sebuah solusi atas proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam refleksi ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a)        Memeriksa catatan observasi
b)        Merevisi tugas yang masih dianggap sulit oleh siswa
c)        Memberikan penugasan kepada siswa untuk siklus II.
6.      Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
a)      Instrumen Penelitian
Sesuai dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, maka yang menjadi istrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.[26] Dalam penelitian ini juga memakai instrumen perangkat kamera dan handphone guna merekam data-data yang diperlukan.
Adapun instrumen penilaian yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan motorik halus siswa di RA Al-Huda adalah sebagai berikut:
No
Aspek Penilaian
Hasil Pengamatan
BS
B
C
K
1
Bisa menulis dengan baik dan benar




2
Mampu mempraktikkan langkah-langkah penelitian huruf dan angka secara benar




3
Mampu menulis huruf dan angka sesuai yang diperintahkan oleh guru




4
 Ketrampilan menulis huruf dan angka (bisa menulis dan menyebutkan nama huruf dan angka)




5
Menulis huruf dan angka secara urut dan benar




Catatan :
BS            : Baik Sekali    (Skor 4)           C : Cukup        (Skor 2)
B  : Baik               (Skor 3)           K : Kurang      (Skor 1)          
Instrumen penilaian observasi kinerja guru:
No
Aspek yang dinilai
Skor
Ket
1
2
3
4
1

2

3

4

5

6

7

Ketrampilan dalam seleksi topik
Ketrampilan dalam memotivasi siswa
Ketrampilan dalam mengelola kelas
Ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan
Ketrampilan dalam memberikan bimbingan
Ketrampilan dalam melakukan kegiatan bercerita
Ketrampilan dalam memainkan peran sebagai fasilitator keseluruhan






b)      Teknik Pengumpulan Data
Mengingat penelitian skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan yaitu penelitian yang obyek penelitiannya didasarkan atas obyek tertentu, serta merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena – fenomena yang diselidiki.[27]
Karena penelitian yang peneliti lakukan termasuk penelitian kualitatif yang memiliki sifat realitas ganda, holistik, dinamis dengan hasil konstruksi dan pemahaman yang maksimal, maka observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah Observasi Partisipatif  di mana peneliti mencoba masuk di dalam dinamika objek dan subjek penelitian serta mengikuti pola kinerja keseharian objek kajian. Agar terjadi keseimbangan asumsi maka peneliti menggunakan observasi moderat dengan karakter observasi yang dilakukan diharapkan ditemukan data yang valid, kapabel, sesuai dengan fakta dan aktual, sehingga peneliti akan dengan mudah melakukan kajian awal dalam proses penelitian yang dilakukan. 23
Metode observasi digunakan untuk menggali data dan atau catatan lapangan serta review tentang Metode Permainan Pasir  Dalam Upaya Peningkatan Perkembangan Motorik Halus di Kelompok B Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda Desa Sumberrejo kec. Gunungwungkal Kabupaten Pati yang dilakukan guru dalam kontek Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b.      Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio.  Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.[28]
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi dan hasil percobaan/proses dalam bentuk deskripsi baik berupa gambar atau tulisan sederhana yang dibuat anak.  Penilaian portofolio dapat digunakan untuk bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar.[29]
Portofolio digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data informasi tentang perkembangan motorik halus terhadap peserta didik. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan, kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya.
d.   Triangulasi
Dalam pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang ada.[30] Dalam kontek ini penelitian yang peneliti lakukan, maka triangulasi peneliti gunakan untuk melakukan kros cek dalam mencari kebenaran serta kevalidan atas data yang ada, sehingga data yang di dapat dan di analisa bisa lebih maksimal dan terjaga kevalidannya.                          
Triangulasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :
1)   Triangulasi Sumber, hal ini dilakukan untuk menguji kridibilitas data dengan melakukan pengcekan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2)   Triangulasi Teknik, hal ini dilakukan untuk menguji kredibilitas yang dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda.
3)   Triangulasi waktu, walau hal ini tidak terlalu signifikan dalam penelitian yang peneliti lakukan, namun acap kali, waktu sering mempengaruhi kredibilitas data, sehingga waktu serta keadaan yang berbeda bisa jadi menghasilkan validitas informasi yang berbeda pula.[31]
7.      Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara observasi langsung oleh guru tentang setiap aktivitas siswa pada setiap akhir putaran, meliputi kegiatan pembelajaran dan penugasan yang dilaksanakan secara portofolio oleh siswa.
Dalam menganalisis data, secara umum penelitian penggunaan model alur dengan penggunaan motode induktif yang direlasikan dengan hasil triangulasi data yang ada.
Untuk memberikan gambaran sistem analisa yang akan peneliti lakukan berikut gambaran umum mengenai proses analisa data. Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pemilahan atas sumber data yang dimiliki, dengan menggunakan analisa induktif dengan mendasarkan atas kesimpulan awal yang telah ditentukan. Dari sinilah diharapkan dapat diambil konklusi atas hasil penelitian, setelah itu, peneliti melakukan rencana tindakan yang disesuaikan dengan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hingga pada penyelesaian masalah, sehingga siklus berhenti. Agar lebih jelas berikut gambaran langkah-langkah penelitian yang kami lakukan untuk menopong analisa atas data :




Seluruh nya sesuai waktu yang direncanakan
 
 



Dialog Awal
 

Tindak1
 

Tindak2
 

Rencana 
 

Rencana 
 
        
 






Sebagaimana karakter penelitian Kualitatif, bahwa penelitian Kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil, artinya dalam pengmpulan data, seringkali memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. Di samping itu, dalam penelitian kualitatif diusahakan mengumpulkan data secara diskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar dan bukan angka, untuk mendukung penelitian ini, peneliti menempatkan subjek yang diteliti dalam kedudukan yang sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau lebih rendah kedudukannya. Untuk itu, peneliti berusaha mendasarkan analisa se-objektif mungkin dalam menempatkan asumsi agar implementasi penelitian bisa berjalan dengan baik, tanpa mengesampingkan triangulasi metode dan data.
8.      Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian tindakan ini, indikator keberhasilan dilihat dari:
1.    Adanya peningkatan kemampuan motorik halus siswa setelah menerapkan metode permainan pasir.
2.     Kemampuan motorik halus siswa setelah diterapkan metode permainan pasir diharapkan rata-rata mencapai B.
3.    Minimal 90% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut  mencapai ketuntasan belajar individu.
4.    Kinerja guru diharapkan mencapai 100%.
J.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I       : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
B.     Penegasan Istilah
C.     Identifikasi Masalah
D.    Rumusan Masalah
E.     Tujuan Masalah
F.      Manfaat penelitian
G.    Sistematika penelitian
BAB II      : LANDASAN TEORI


A. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini


   1. Pengertian Perkembangan Motorik Anak Usia Dini


   2. Klasifikasi Perkembangan Motorik  Halus  Pada  Anak
       Usia Dini


3. Pencapaian Gerakan  Motorik  Halus  Siswa  dari  Segi
  Kecakapan Anak


4. Pencapaian Kemampuan Motorik Halus Berdasarkan Usia


B. Bermain Pasir


a.       Pengertian Bermain Pasir


b.      Permainan Pasir Sebagai Sumber Belajar Anak Usia Dini


c.       Manfaat Bermain Pasir Untuk Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah


C. Urgensi Bermain Bagi Anak ( RA ) Raudlatul Athfal


1.Pentingnya Bermain Pada Anak Usia RA


2.Manfaat Bermain Untuk Perkembangan Anak

BAB III    : METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
B.     Fokus Penelitian
C.     Lokasi dan Waktu Penelitian
D.    Subjek Penelitian
E.     Desain Penelitian
F.      Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
G.    Teknik Analisis Data
BAB IV    : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda   Desa Sumberrejo Kecamatan Gunungwungkal Kab. Pati
a.      Sejarah Berdiri Raudlatul Athfal (RA) Al- Huda   Desa Sumberrejo Kecamatan Gunungwungkal Kab. Pati
b.      Letak Geografis
c.      Struktur Organisasi
d.      Keadaan Guru dan Siswa
e.       Keadaan Sarana dan Prasarana
B.     Hasil Penelitian Per Siklus
C.     Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus
BAB V      : PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 144.
[2] Sumadi Suryobroto, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Rake Sazasin, 1988), hlm. 102.
[3] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Air Langga, 2000), hlm. 150.
[4] B. Hurlock, hlm. 151.
[5] R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 105.
[6] Soemiarti Patmonodewo,  Bermain dan Belajar (Konsep Aplikatif Pendidikan Anak Usia Dini),  (Surabaya: 2003), hlm. 6.
[7] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam (Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia), (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 77.
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 3. (Balai Pustaka : 2007),  hlm. 1250.
[10] Ibid, hlm. 1198.
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 11-12
[12] Syah, hlm. 68.
[13] Sampurna K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cipta Karya, 2003), hlm. 452.
[14] Helyantini Soetopo, Pintar Memakai Alat Bantu Ajar; Untuk Guru Kelompok Anak Usia Dini, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 36.


[15] Bambang Sujiono, Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta:Universitas Terbuka Edisi I, 2005), hlm. 1.10.
[16] Sujiono, hlm. 1.11.
[17] Hurlock, hlm. 151.
[18] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.54.
[19] Hurlock, hlm. 151.
[20]Mayke Sugiyanto T,  Bermain, Mainan, dan Permainan, (Jakarta: Depdikbud, 1995),  hlm.  40.
[21] Cucu  Eliyawati, Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini, (Jakarta: Depdiknas, 2005), hlm. 20.
[22] Sugiyanto T,  hlm. 62.
[23]  Soetopo, hlm. 36.
[24] Sugiyanto T,  hlm. 20-21.
[25] H. Ibnu Hajar, dkk. Modul Kelompok MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG, (Semarang: Panitian Sertifikasi Guru LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo, 2001), hlm. 121-122.
[26] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006),  hlm. 60.
[27] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987), hlm. 136.
[28] Depdiknas, Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hlm. 3.
[29] Depdiknas, Pedoman Model Penilaian Kelas (KTSP TK-SD-SMP-SMA-SMK-MI-MTs-MA-MAK), (Jakarta: Depdiknas, 2007), hlm. 15-16.
[30] Sugiono, hlm. 373-374.
[31] Sugiono, hlm. 373-374
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments