Perkembangan teknologi dan informasi di dunia ini nyaris tidak
pernah bisa dihindarkan, kemajuan peradaban digital dalam kurun waktu
belakangan menjadi icon sebuah modernitas dibidang teknologi dan informasi. Sosial media online bagian dari perkembangan mass
media semakin digandrungi oleh khalayak karena menyajikan hal baru yang
praktis dan menarik. Hampir setiap lapisan masyarakat mengenal dan menggunakan
sosmed baik itu facebook, twitter, whatshap, black barry, instagram, dan
lain sebagainya.
Remaja akan merasa lebih gaul jika mereka mengenal dan memakai
media sosial tersebut, bagi mereka yang tidak kenal akan kena dampak istilah “katrok
/ nDeso”. Inilah yang terjadi dan menjadi fakta belakangan ini. Maka tidak
mengherankan jika kita pernah membaca berita “seorang ayah dengan pakaian lusuh
dan membawa uang receh membelikan i-phone buat anak perempuannya” . ini
menandakan bahwa tuntutan zaman itu tidak mengenal status dan keberadaannya
bisa saja menghawatirkan bagi kita. Meskipun satu sisi perkembangan sosmed juga
berdampak positif bagi kita.
Seolah telah menjadi gaya hidup, menggunakan media
sosial kini menjadi seperti sebuah keharusan. Dikatakan demikian karena
media sosial memberikan akses kemudahan bagi kita dalam berkomunikasi. Dengan
media sosial, komunikasi dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Perbedaan
jarak dan waktu tidaklah lagi berarti karena informasi dapat tersebar luas
secara cepat. Tak heran jika keberadaan media sosial sangatlah dibutuhkan
bagi semuanya.
Tidak ketinggalan bagi peserta didik era sekarang. Hampir semuanya
mereka memiliki akun media sosial, karena memang trennya sudah era digital
seperti sekarang. Kepemilikan akun sebenarnya tidak ada masalah bagi peserta
didik, yang jadi persoalan adalah bagaimana mereka memakainya dan apakah sudah
memahami karakter sosial media tersebut. Ini sangat penting bagi perkembangan
anak itu sendiri dan perlu adanya kontroling dalam meminimalisir
kejadian-kejadian yang tidak etis. Peserta didik khususnya yang mengenyam
dibangku pendidikan madrasah, perlu mengenal lebih jauh apa itu sosial media,
bagaimana dampaknya, serta yang lebih penting mengenali dan melaksanakan etika
bersosmed.
Mengenal Dunia Sosial Media
Banyak yang menyebutkan bahwa dunia sosial media adalah dunia
maya. Secara istilah memang itu sangat dibenarkan karena antara netizen tidak
menjangkau secara fisik oleh netizen lain. Akan tetapi perlu diketahui kalau
dibalik istilah dunia maya itu sebenarnya sosial media juga bisa disebut dunia
nyata dengan alasan kita bisa bergaul, tukar pikiran, membagi informasi, memasarkan
produk, dan lain sebagainya yang sebenarnya bisa dirasakan langsung dampaknya
oleh orang lain.
Perlu diingat sosial media mempunyai karakteristik yang tidak jauh
dengan pergaulan secara nyata, karena media sosial memiliki karakteristik; pertama, Medsos adalah ruang publik:
Kadang kita lupa dan menganggap bahwa akun yang kita pakai adalah akun pribadi
dimana kita bebas menulis status dan mengirim apapun (termasuk foto dan video)
di Wall dalam facebook atau tweet dalam timeline twitter. Akan tetapi meskipun kita memposting sendirian dikamar, kita
membuat status di WC, atau upload video diruang yang paling sunyipun, tetap
saja media sosial adalah ruang publik yang bisa diakses oleh siapapun dan
waktunya tidak terbatas serta tidak dibatasi. Maka saat kita bertingkah seolah
itu ruang privat, kalau tidak selektif dalam menyampaikan status itulah awal
malapetaka yang membawa kita ke berbagai persoalan sosial (dihujat banyak orang,
bahkan dibully), bahkan kalau perlu hingga ke persoalan hukum pidana
(diancam dengan UU-ITE pasal 27 tentang pencemaran nama baik). (Nukman Luthfie,
http://www.sudutpandang.com/2014/09/ingat-lho-media-sosial-itu-ruang-publik/
2017). Kedua, Sifat Medsos yang viral; Salah satu
kelebihan media sosial adalah pesan yang disampaikan begitu mudah menyebar dan
susah diklarifikasi. Disaat kita memposting sesuatu, berapa ribu atau bahkan
jutaan yang melihat kiriman kita. Disamping itu, yang tidak kalah menariknya
dalam media sosial ada bukti yang tidak bisa kita hilangkan meskipun kita sudah
menghapus postingan kita, Istilah ini dinamakan jejak digital. Dalam jejak digital bayangan masa lalu,
terutama sejarah dia saat online di internet, apa yang dia posting dan tulis,
bisa jadi akan tersimpan dan terbaca oleh orang lain, terlebih ketika ada orang
yang mencoba mengcapture postingan kita.
Peserta Didik Madrasah dalam Bersosmed
Peserta didik madrasah perlu bersikap bijak dan hati-hati dalam
menggunakan media sosial. Baiknya kita mem-filter terlebih dahulu segala sesuatu yang akan kita unggah ke
media sosial. Sebelum mengunggah foto atau video, coba pikirkan dua kali atau
bahkan sampai ratusan kali kira-kira apa respons yang akan diberikan oleh netizen.
Meskipun unggahan dapat dihapus, data kita masih tersimpan rapi di big
data. Selain itu, mem-filter diperlukan agar kita dapat meminimalisir presepsi negatif
yang diberikan orang setelah melihat status atau postingan kita. Karena sejatinya makna terletak pada komunikan.
Ada beberapa hal yang musti diperhatikan oleh peserta didik dalam
bersosial media, sehingga kita akan lebih bijaksana dalam memakai sosial media,
diantaranya adalah pertama, Pikir dulu sebelum posting; berfikirlah
terlebih dahulu sebelum memutuskan tindakan yang akan anda lakukan di sosmed.
Baik itu menulis postingan, membagi link, atau berkomentar. Yang anda hadapi di
sosmed adalah manusia-manusia nyata. Sangat mungkin tindakan anda menyinggung
atau tidak menyenangkan bagi orang lain. Seperti halnya dikehidupan biasa, anda
tentunya tidak mau menyakiti orang lain bukan?. kedua, Jauhi Sosmed
saat marah dan jangan emosi di sosmed; Karena sosial media sebagaimana penulis
kita utarakan di atas adalah ranah atau ruang publik. Sosmed sama saja dengan
tempat umum yang ramai dengan orang berinteraksi. Bayangkan anda marah-marah
dan teriak-teriak di pasar seumpamanya. Mengapa ada nasehat “Diamlah saat
marah”? Ya karena setelah marah-marah, meski hati lega, pada umumnya orang
menyesal karena kerusakan yang ditimbulkan akibat umbaran kemarahannya. Kerusakan
akibat kemarahan di media sosial berpotensi lebih besar karena kemungkinan
menviral. Postingan marah-marah kita bisa saja di-capture lalu disebarluaskan
ke berbagai media sosial. Sekali kemarahan tersebar di media sosial, nyaris
tidak mungkin ditarik ulang. Permintaan maaf pun belum tentu dibaca semua
orang. Jauh-jauhlah dari media sosial saat marah, saat geram, saat ingin nabok
orang lain, agar tidak memposting hal-hal yang sangat kita sesali beberapa
detik kemudian. ketiga, jangan mengandalkan sosmed sebagi tempat
belajar utama; Jadikan sosmed hanya sebuah alat bukan sumber utama belajar.
Belajarlah dengan membaca buku-buku yang berkualitas, guru-guru yang bijak
bestari dan diakui keilmuannya, atau lembaga-lembaga pendidikan yang kompeten.
Social media tidak dirancang sepenuhnya sebagai tempat belajar. Maka sangat
mungkin informasi yang ada tidak tepat dan tidak lengkap. keempat, jangan
mudah percaya dengan postingan atau data di sosmed; Bila anda benar-benar
tertarik dengan hal tersebut. Luangkan waktu anda untuk menelaahnya. Lalu
mengkroscheknya dengan sumber-sumber lain. Dengan demkian anda akan mendapatkan
gambaran yang utuh dari informasi tersebut. kelima, Etika dan hukum di
Online sama saja dengan hukum di Offline; Karena media sosial itu
ruang publik, maka etika dan hukum di media sosial sama saja dengan etika
sosial dan hukum yang berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dari
uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa bersosmed harus memahami kode
etik sebagaimana kita bergaul dalam keseharian. Hal-hal yang kontoversial dan
keluar dari norma-norma harus kita hindari agar kita sebagai peserta didik
nyata-naya mampu mengimplementasikan akhlak dengan baik. Sejatinya kalau tidak
dibiasakan dari sekarang kapan lagi bersosmed secara bijak?.