Madrasah
bukan lagi lembaga pendidikan alternatif. Madrasah juga bukan lagi lembaga
pendidikan yang hanya bisa dipandang sebelah mata. Animo masyarakat yang lebih
tertarik untuk menyekolahkan anaknya di madrasah menjadi bukti bahwa gaya
pendidikan dan pembelajaran madrasah saat ini telah diterima dihati masyarakat.
Kementrian
Agama RI menyebut ada tiga standar yang menunjukkan kemajuan madrasah
dibandingkan sekolah umum yaitu kualitas lulusan, animo pendaftaran dan
prestasi dalam berbagai kompetisi. Hal ini mebuktikan bahwa madrasah di
Indonesia telah mengalami pergeseran budaya positif yang pada awalnya hanya
sekolah klasik dengan dominasi muatan agama, saat ini menjadi lembaga
pendidikan yang dapat berperan mendidik dalam ranah keilmuan umum dan agama.
Bila kita mengingat kembali keberhasilan madrasah tahun 2013 dan 2014 di
tingkat sekolah menengah dengan jumlah lulusan lebih baik dari pada SMP maka
hal ini menjadi hal yang patut dibanggakan dan dipertahankan.
Madrasah
memiliki peran penting dalam pendidikan sebagai lembaga pendidikan yang
mempunyai ciri khas Islam. Proses pembentukan kepribadian anak didik yang lebih
religius menjadi salah satu keunggulan dibandingkan sekolah umum. Orang tua
yang menyekolahkan anaknya di madrasah memiliki harapan agar anaknya dapat
menguasai dua kemampuan sekaligus yaitu menguasai IPTEK dan juga IMTAQ. Bila
mengacu hal ini maka madrasah adalah jawabanya. Namun demikian, walaupun
melalui preoses yang dianggap sudah maksimal akan tetapi hasil out put madrasah
tidak sepenuhnya baik, akan tetapi masih tetap banyak kekurangan karena proses
pendidikan tidak bisa disamakan dengan proses produksi barang yang mana bila
ada yang jelek dapat disortir untuk di buang dengan mudah.
Problematika
yang terjadi di madrasah
Seiring
dengan sejarah madrasah yang memiliki akar kuat dalam masyarakat, sebab itu
madrasah telah menjadi milik masyarakat. Sementara itu, madrasah yang tersebar
di Indonesia kebanyakan dikelola oleh masyarakat sehingga hal ini menjadi
dilema tersendiri. Dilema ini diantaranya adalah madrasah terkadang ingin
melangkah lebih maju dari budaya atau tradisi masyarakat setempat akan tetapi
masyarakat cenderung menganggap itu hal yang tabu dan tidak patut dilakukan
oleh madrasah, mereka masih cenderung memahami gaya madrasah itu masih harus
klasik dan tidak boleh mengikuti tradisi kehidupan masyarakat yang bergeser
lebih ke arah modern.
Madrasah juga
masih sering terbelenggu oleh tradisi dan menejemen yang tidak adaptif dengan
perkembangan zaman. Belenggu tersebut diantaranya madrasah masih dikelola oleh
kelompok-kelompok tertentu yang terkadang jauh dari profesionalitas. Dari segi
pendidik, madrasah lebih banyak dihuni oleh guru yang terkadang kurang
inovatif. Ini tidak semata menjadi kesalahan sang pendidik, karena dari sisi
kesejahteraan pendidik di madrasah juga lebih rendah dari pada di sekolah milik
negara, sebab itu mereka cenderung ditutut untuk mencari tambahan income untuk
kesejahteraan mereka.
Saat ini
banyak guru yang telah mendapat kesejahteraan tambahan dari pemerintah, baik
itu tunjangan profesi, atau lainya. Fakta menunjukkan bahwa untuk lembaga
pendidikan swasta khussusnya madrasah hal itu tidak dapat dipastikan kapan
mereka menerima tunjangan tersebut. Bahkan dana BOS dan BSM dari pemerintah pun
masih sering tersendat di mana-mana. Problematika ini tidak terjadi di semua
lembaga pendidikan madrasah, seperti yang kita ketahui madrasah pun banyak yang
maju dan tidak bergantung kepada pemerintah dengan cara mereka mendirikan
unit-unit usaha untuk menunjang kebutuhan madrasah.
Siapa
sejatinya yang mengadopsi gaya pendidikan dan pembelajaran madrasah
Pemerintah di
negara Indonesia sudah mulai berfikir untuk menekankan pendidikan moral dari
pada sekedar anak pintar. Hal ini terbukti dari struktur kurikulum yang mereka
terapkan di lembaga pendidikan umum, yakni memasukkan kompetensi inti pada
setiap mata pelajaran yang arahnya menuju kepada ranah agama yaitu taqwa kepada
Tuhan YME. Fakta membuktikan bahwa hal tersebut sebenarnya sudah dilakukan di
lembaga pendidikan madrasah yang sudah lama menciptakan biah lingkungan religius dan juga menerapkan dalam mendidik anak
semenjak lembaga ini muncul di negara kita.
Akhir-akhir
ini sering kita jumpai lembaga pendidikan berlomba-lomba untuk menyuguhkan gaya
pendidikan yang religius dengan cara membiasakan peserta didiknya untuk
mengamalkan nilai-nilai agama. Mulai dari cara berpakaian sebagai contoh, di
sekolah umum seperti SD, SMP, SMA dan SMK sudah banyak mengikiti gaya madrasah
dari cara mereka memakai celana panjang, rok bawah panjang untuk anak putri,
bahkan banyak sekolah umum yang mewajibkan peserta didiknya untuk putri agar
mengenakan jilbab. Diakui atau tidak mereka sebenarnya mengadopsi berpakaian
ala madrasah yang sudah diterapkan sejak munculnya lembaga pendidikan berlabel
madrasah. Gaya berbusana Islami telah menjadi kewajiban bagi anak yang
bersekolah di madrasah selama mereka berada dimadrasah.
Selain itu di
lembaga umum pun banyak yang memperhatikan nilai-nilai agama seperti mengaji,
hafalan do’a sehari-hari, bahkan hafalan surat-surat pendek. Hal ini juga sudah
ada dan dipelajari dalam lembaga pendidikan madrasah. Mereka tidak ingin
tertinggal akan kesadaran masyarakat yang mulai sadar akan kebutuhan pendidikan
anaknya. Masyarakat telah banyak yang berfikir bahwa apalah arti anak pintar
tanpa dibekali dasar agama yang kuat.
Keuntungan
menyekolahkan anak di madrasah.
Kita semua hampir tahu dan mengakui bahwa
letak perbedaan sekolah umum dan madrasah adalah pada muatan materi pelajaran
agama. Pada sekolah umum pelajaran agama lebih sedikit, akan tetapi di madrasah
pelajaran agama lebih diperluas.
Sebagai orang
tua seharusnya kita lebih cerdas dalam memilih sekolah untuk anak kita.
Terlepas dari kelebihan dan kekuranganya madrasah lebih menekankan pendidikan
moral berbasis agama. Kita pun juga harus mengakui tidak semua lulusan madrasah
berakhlaq baik akan tetapi setidaknya alumni madrasah masih memiliki jiwa-jiwa
agamis yang tertanam dibenak mereka.
Bila mengacu
pada tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
membentuk manusia yang beriman kepada Allah SWT. Maka hanya sekolah yang
berciri khas agama seperti madrasah yang dapat menyajikan dengan lengkap
pengetahuan umum dan pengetahuan agama.
Madrasah juga
lebih mengakomodir beragam karakter peserta didik. Hal ini mengandung arti
bahwa madrasah tidak membeda-bedakan karakter anak baik itu baik atau buruk
semua dapat mengenyam pendidikan di madrasah. Akan tetapi dalam proses
perjalanan pendidikan nanti apa bila madrasah sudah merasa tidak mampu untuk
mendidik peserta didik baru mengambil kebijakan. Kebijakan ini bukan beralasan
benci terhadap anak didik, akan tetapi tetap berdasarkan apabila anak pindah
dilingkungan yang baru maka anak akan lebih baik dan mau introspeksi diri.
Masuk
sekolah umum favorit lebih membanggakan dari pada Madrasah, benarkah ?
Sering
menjadi bahan candaan di masyarakat, masuk madrasah pengen jadi apa ? pengen
jadi kyai atau modin. Bukan hal yang aneh sebenarnya hal ini masih terlontar
dari mulut masyarakat awam mengingat masih ada beberapa anak yang dimasukkan
madrasah adalah anak yang bermasalah dalam moralitasnya. Masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa madrasah adalah tempat pelarian bagi anak-anak
yang tidak diterima pada sekolah-sekolah favorit dan dengan terpaksa
melanjutkan disitu.
Banyak
anggapan bahwa anak yang disekolahkan dimadrasah masa depanya tidak secerah
mereka yang disekolahkan disekolah umum khususnya yang favorit, dan mereka
masih menggangap out put dari madrasah hanya akan bisa berkarir dalam bidang
agama saja. Apabila orang tua menyadari bahwa madrasah sekarang bukan seperti
madrasah jaman dulu mereka akan terbuka pemikiranya bahwa bekal agama yang kuat
akan lebih penting bagi anaknya ketika mereka terjun dimasyarakat kelak dengan
apa pun profesi yang akan mereka jalani.
Saat ini bukan hal yang aneh bahwa alumni madrasah
banyak yang bisa bersekolah di sekolah umum akan tetapi alumni sekolah umum
tidak banyak yang berani melanjutkan sekolah dimadrasah. Ini membuktikan bahwa
madrasah lebih unggul bila dibandingkan sekolah umum biasa. Sebagai contoh,
alumni SD sudah banyak yang melanjutkan ke MTs, dan Alumni MTs banyak yang bisa
melanjutkan ke SMA atau SMK, ini menjadi jawaban atas pemikiran masyarakat yang
masih belum terbuka.(dikutip dari redaksi Al-Maida; MTs. Manahijul Huda Ngagel)